Keinginan yang tak pernah ada habisnya, sering membuat pikiran terbebani. Hati pun tak kunjung lapang hingga rasanya kebahagiaan tidak pernah datang. Jangan-jangan Anda sendiri yang membangun tembok penghalang sehingga kebahagiaan tak kunjung tiba. Coba cek ‘4 tembok’ ini:
Tembok #1 Tubuh Ideal
Tubuh langsing, jadi impian sebagian besar perempuan. Berbagai usaha dilakukan. Mendaftar ke pusat kebugaran, pentang makanan berlemak dan manis, atau diet ketat. Tak hanya itu, cara lain yang kurang masuk akal pun dicoba. Misalnya membeli pakaian dengan ukuran lebih kecil demi memotivasi diri. Padahal cara tersebut bisa memicu stres dan berkembang menjadi depresi. Depresi justru disebut-sebut akan memicu naiknya berat badan bahkan obesitas .
- Perempuan dan makanan memiliki hubungan yang kompleks. Di satu sisi makanan menjadi sahabat setia kala stres melanda. Di sisi lain makanan dianggap musuh karena sering membuat stres saat mengakibatkan berat badan naik. Geenen Roth penulis Women Food and God: An Unexpected Path to Almost Everything menyarankan cara terbaik untuk memperbaiki hubungan dengan makanan adalah mengubah apa yang Anda lakukan tanpa melibatkan makanan. Gantikan dengan kegiatan lain.
- Hentikan obsesi memiliki ukuran baju yang lebih kecil. Lebih baik Anda melakukan konsultasi dengan pakar busana, untuk memilih baju-baju yang bisa menutupi kekurangan tubuh Anda.
Saat makanan menjadi ‘obat’
Oprah Winfrey sering diberitakan memperjuangkan berat badan ideal. Bobotnya pernah mencapai 118,5 kg. Diet dan olahraga pernah berhasil hingga 80 kg di tahun 2005. Tetapi beberapa tahun berat badannya kembali naik 20 kg. Oprah akhirnya mengatakan, ia sebenarnya tidak memiliki problem berat badan, melainkan masalah lain yang dimanifestasikan lewat berat badan. Oprah menjadikan makanan sebagai ‘obat’ untuk bersembunyi dari perasaan tidak nyaman. Sekarang dia memilih pola makan rendah kalori digabungkan dengan olahraga ditemani personal trainer. Tapi tujuannya bukan menjadi langsing melainkan membuat tubuhnya fit. Oprah memang tak pernah mencapai berat 80 kg lagi, tapi ia telah menjadi dirinya sendiri.
“Saya akhirnya menyadari, bahwa mensyukuri tubuh saya adalah kunci untuk lebih mencintai diri sendiri.”
Tembok #2 Ketakutan Finansial
Perempuan seringkali tidak bisa tidur karena memikirkan uang . Mengikuti kekhawatiran tersebut, banyak di antara mereka bekerja keras, serta mengetatkan anggaran, demi memenuhi ‘target’ tabungan.
Salah satu cara ‘mengembangkan’ uang, perempuan mencoba berinvestasi. Sayangnya kekhawatiran itu makin tinggi. Meski 49% perempuan bersedia mengambil risiko, namun hanya 22% perempuan yang menyatakan ‘menikmati’ berinvestasi .
“Tumbuh di lingkungan pengusaha membuat saya berani terjun berbisnis. Bisnis bisa saya artikan sebagai investasi jangka panjang. Semua investasi pasti dibarengi dengan risiko. Mau tak mau harus saya hadapi.”
Tembok #3 Mendambakan Romantisisme
- 91% pembeli dan penikmat novel roman adalah perempuan .
- Sebanyak 40% perempuan merasa pasangannya tidak terlalu sering atau tidak pernah bersikap romantis. Sementara di sisi lain 75% laki-laki justru mengaku telah bersikap romantis secara konsisten. .
- Gretchen Rubin, penulis kolom Happiness Project di GH-US mengungkapkan studi yang menunjukkan fakta: pasangan menikah lebih bersikap kurang sopan terhadap satu sama lain, dibanding terhadap orang lain. Tapi, Gretchen menyarankan untuk fokus pada hal positif yang telah dilakukan pasangan.
- Kyra Sedgwick, mengatakan, sikap romantis suaminya , adalah resep kecantikannya. Kevin membuatnya merasa paling cantik di mana pun mereka berada.
“Saya ingin pasangan bersikap romantis. Sayangnya pasangan kurang bisa romantis. Tetapi saya berusaha realistis. Dialah yang selalu ada di samping saya di saat-saat sulit. Itu lebih dari cukup.”
Tembok #4 Ingin Jadi Supermom
Ingatkah Anda pada adegan ini? Kate Reddy tokoh yang diperankan oleh Sarah Jessica Parker dalam I Don’t Know How She Does It. Ia merasa bersalah karena tak menjadi ibu yang bisa membawa kue buatannya sendiri ke sekolah anaknya. Ia tertekan karena sering meninggalkan anak-anaknya untuk tugas ke luar kota. Di sisi lain, ia ingin kariernya mencapai target. Begitu banyak urusan yang ingin diselesaikannya, hingga ia terjaga larut malam karena memikirkan to do list di keesokan hari. Anda tersindir?
Perempuan kerap ‘menyiksa’ diri dengan ingin menjalani semuanya dan berusaha menjadi yang terbaik. Stres mudah dialami perempuan yang ingin sempurna dalam segala hal. Bisa menjadi pegawai teladan, ibu yang sabar, istri yang pengertian, dalam waktu bersamaan.
“Keinginan tersebut akan membuat Anda tertekan dan menyalahkan diri sendiri ketika gagal mencapainya,” ungkap Alice Domar Phd, penulis Be Happy Without Being Perfect.
Disebutkan, salah satu pemicu stres adalah karena seseorang membuat daftar hal yang harus dilakukan setiap hari. Bisa jadi hal itu dianggap bisa membuat semua rencana menjadi lancar dan menciptakan kebahagiaan. Sebab perempuan disebut Alice, selalu mengejar kebahagiaan setiap saat. Jika ia tidak merasa bahagia, rasa tertekan segera berperan.
Cobalah bersikap santai dengan keadaan . Setiap hari mestinya bisa Anda nikmati. Hindari menuntut diri sendiri untuk selalu menjadi sempurna. Komentar Diah Noeh Abubakar ini, mungkin bisa menjadi inspirasi. Kondisi yang tidak selalu datar, justru membuat hidup menantang.
“Saya selalu ingat bahwa like shoes, life never be flat. Hidup harus penuh petualangan supaya seru. Itu membuat hidup lebih asyik. Saya mengerjakan apa yang saya bisa dan saya sukai. Saat saya sibuk dengan pekerjaan, saya mengajak anak bertukar pikiran, bahwa apa yang saya lakukan bukan hanya mencari uang, tetapi etos kerja keras, komitmen, dan mengerjakan hal-hal untuk orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar