Ternyata tak selamanya air mata hanya berupa cairan dan terasa asin. Pada beberapa kasus kelainan sistem tubuh, air mata juga bisa menjadi batu kristal. Seperti halnya kasus Tina Agustina, gadis asal Sumedang yang juga dikabarkan mengeluarkan air mata batu kristal. Apa komentar pakar soal ini?
Dokter RS Mata Cicendo Hikmat Wangsaatmadja mengatakan ada tiga kemungkinan terjadinya air mata kristal.
Pertama, kasus cystinosis yang menimpa warga Boston, Inggris, Judie Smith. Penyebabnya adalah kelainan metabolisme dan penyakit genetik. Gejalanya berupa penumpukan kristal di kornea danconjunctiva, yaitu garis dan permukaan mata. �Ukuran kristalnya sangat kecil sehingga terasa mata berpasir,� ujarnya.
Kedua, kasus dacryolith. Menurut Hikmat, ini terjadi karena ada batu pada saluran pengeluaran air mata sehingga menimbulkan benjolan di kulit wajah di bawah kelopak mata. Kalau dikeluarkan, batu-batu kristal itu berwarna kekuningan dan tidak beraturan bentuk dan ukurannya. �Batu ini tidak mungkin bisa balik lagi ke arah mata,� katanya.
Ketiga, kasus air mata batu lain yang sempat direkam dunia medis adalah conjunctival lithiasis. Kristal putih, kata Hikmat, tertanam di selaput lendir mata pasien. Biasanya berupa benjolan berwarna kekuningan di bagian dalam kelopak mata. "Umumnya terjadi pada penyakit radang mata yang telah lama dan kronis. Batuannya paling sebesar 3 milimeter berwarna kusam kekuningan,� ujarnya.
Nah, pada kasus Tina Agustina, gadis asal Sumedang yang mengeluarkan air mata batu kristal, hal itu masih masuk kategori belum terdefinisikan. Dari hasil pemeriksaan dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang dan RS Mata Cicendo, Tina perempuan berusia 19 tahun itu, dinyatakan sehat mata dan kondisi tubuhnya normal. Kesimpulan dokter masih menunggu hasil tes air mata dan urine serta pemeriksaan contoh batu kristal oleh petugas laboratorium Geologi.
Sejak September 2011, Tina mengaku sudah mengeluarkan 72 butir batu, ditambah sedikitnya 161 butir lagi sejak 23 Mei 2012. Batu kristal itu keluar lewat kelopak dua matanya di bagian bawah ketika ia merasa sedih, gembira, atau marah.
Dokter RS Mata Cicendo Hikmat Wangsaatmadja mengatakan ada tiga kemungkinan terjadinya air mata kristal.
Pertama, kasus cystinosis yang menimpa warga Boston, Inggris, Judie Smith. Penyebabnya adalah kelainan metabolisme dan penyakit genetik. Gejalanya berupa penumpukan kristal di kornea danconjunctiva, yaitu garis dan permukaan mata. �Ukuran kristalnya sangat kecil sehingga terasa mata berpasir,� ujarnya.
Kedua, kasus dacryolith. Menurut Hikmat, ini terjadi karena ada batu pada saluran pengeluaran air mata sehingga menimbulkan benjolan di kulit wajah di bawah kelopak mata. Kalau dikeluarkan, batu-batu kristal itu berwarna kekuningan dan tidak beraturan bentuk dan ukurannya. �Batu ini tidak mungkin bisa balik lagi ke arah mata,� katanya.
Ketiga, kasus air mata batu lain yang sempat direkam dunia medis adalah conjunctival lithiasis. Kristal putih, kata Hikmat, tertanam di selaput lendir mata pasien. Biasanya berupa benjolan berwarna kekuningan di bagian dalam kelopak mata. "Umumnya terjadi pada penyakit radang mata yang telah lama dan kronis. Batuannya paling sebesar 3 milimeter berwarna kusam kekuningan,� ujarnya.
Nah, pada kasus Tina Agustina, gadis asal Sumedang yang mengeluarkan air mata batu kristal, hal itu masih masuk kategori belum terdefinisikan. Dari hasil pemeriksaan dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang dan RS Mata Cicendo, Tina perempuan berusia 19 tahun itu, dinyatakan sehat mata dan kondisi tubuhnya normal. Kesimpulan dokter masih menunggu hasil tes air mata dan urine serta pemeriksaan contoh batu kristal oleh petugas laboratorium Geologi.
Sejak September 2011, Tina mengaku sudah mengeluarkan 72 butir batu, ditambah sedikitnya 161 butir lagi sejak 23 Mei 2012. Batu kristal itu keluar lewat kelopak dua matanya di bagian bawah ketika ia merasa sedih, gembira, atau marah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar